Senin, 14 Januari 2013

Resensi Buku James Redfield The Celistine Vision


Bagian Pendahuluan
Judul
:
James Redfield : The Celistine Vision
ISBN
9789792238396
Tahun Terbit
2008
Halaman
312
Penulis
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Bahasa
Indonesia


Sinopsis
Ketika James Redfield menulis The Celestine Prophecy dan The Tenth Insight, dia mengkristalisasi sebuah visi spiritual yang baru bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sejak saat itu banyak orang berkumpul untuk membahas pengalaman-pengalaman spiritual yang telah menyentuh kehidupan mereka dan untuk menjelajahi renaisans global yang telah berlangsung beberapa waktu lamanya.Kini, dalam The Celestine Vision, James Redfield meng-eksplorasi lebih lanjut misi-misi unik kita di planet ini. Buku ini membantu kita mengurai drama-drama kehidupan kita masing-masing, dan menunjukkan berbagai pengalaman mistis yang bisa menyelesaikannya. Melalui prinsip-prinsip sinkronisitas, keterkaitan, dan tujuan hidup, kita dituntun untuk melihat rantai evolusi yang tak terputus menuju dunia yang lebih baik.`UNTUK SETIAP ORANG YANG MEMBACA THE CELESTINE PROPHECY DAN THE TENTH INSIGHT, DAN INGIN TAHU LEBIH BANYAK. BUKU INI AKAN MEMBERIKAN SESUATU YANG BERHARGA. -Tulsa World

  
BAGIAN ISI
            Buku The Celistine Vision atau Visi Celistine ini merupakan buku karangan James Redfield dengan tebal 312 halaman. Buku ini merupakan karya ke-4 James Redfield setelah The Celistine Prophecy, The Secret of Shambhala, dan The Tenth Isnsight. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang James Redfield, namun di beberapa belahan dunia dia dikenal sebagai seorang motivator dan tokoh spiritual yang banyak mengubah cara pandang orang – orang. Buku ke-4 ini adalah penjelasan yang lebih mendetail dari buku – sebelumnya.  Buku ini dapat mengubah cara pandang orang lain terhadap alam yang selalu disalahkan ketika terjadi suatu bencana.
            Di dalam buku The Celistine Vision ini terulas tentang misi – misi manusia di bumi. Buku ini juga membantu kits mengurai drama – drama kehidupan kita masing – masing dan dapat menunjukan berbagai pengalaman mistis yang bisa menyeleseikannya. Buku ini mengajarkan kepada kita melalui prinsip – prinsip sinkronitas, keterkaitan, dan tujuan hidup. Kita juga dituntun untuk melihat evolusi yang tak terputus untuk menuju dunia baru yang lebih baik. Buku The Celistine Vision ini terdiri dari XII bab yang tiap babnya membahas tentang permasalahan yang hamper dari seluruh manusia mengalaminya. Pada bab I, buku ini membahas tentang “INTUISI AWAL” atau langkah awal dalam memulai hidup. Pada tahun 1950, kesadaran spiritual baru disadari secara global. Lalu di era tahun 1960-an, manusia mulai menyadari akan pentingnya kesetaraan diri mereka di bidang hukum. Pada bab tersebut juga membahas tentang pengalaman yang nyata dan penjelasan tentang mengejar impian. Perubahan spiritual yang terjadi disebut transformasi spiritual. Bab II membahas tentang berbagai macam kebetulan. Kita tahu di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semuanya telah direncanakan olah yang maha kuasa. Namun, kejadian seperti “Kebetulan” itu mempunyai makna tersendiri. Kejadian tersebut secara tidak langsung dapat mengubah cara pikir kita terhadap dunia. Bagaimana soal mimpi pada saat kita tidur?? Apakah itu juga kebetulan?? Jawabannya adalah belum tentu, mimpi itu bisa muncul saat kita sering memikirkan suatu hal. Tetapi mimpi juga dapat muncul tanpa kita pikirkan terlebih dahulu. Arti dari mimpi juga sulit untuk diinterpresentasikan karena sebetulnya mimpi itu merupakan pesan yang secara tida langsung mengubah diri kita. Pada bab III James Redfield meminta ita agar memahami tempat dimana kita berada. Pada saat kita terbangun dan membuka jendela, kita melihat para tetangga sedang beroperasi di pagi hari. Apa artinya hal tersebut?? Mereka adalah orang yang paham dengan tempat dimana mereka berada karena mereka tahu kapan saatnya berlomba untuk beroperasi atau melakukan aktifitas. Lalu, pada Bab IV James menjelaskan tentang respon alam terhadap diri kita. Pada hukun Newton 3 dijelaskan bahwa AKSI = -REAKSI, artinya bahwa setiap hal yang kita lakukan akan mendapata efek samping, baik itu negative ataupun positif. Newton menafsirkan tentang respon alam dalam beberapa penemuannya. Alam akan memberikan reaksi positif saat kita meberi  aksi positif. Namun sebaliknya, saat kita memberi aksi negative, alampun akan memberikan reaksi negative. Hal tersebut dapat diartikan sebagai pujian dan ejekan. Saat kita memuji seseorang, dia akan mengucapkan terima kasih. Namun, saat kita mencela seseorang, dia pasti akan marah.
            Pada Bab V, buku ini menjelasan tentang persaingan memperebutkan energy. Energi dalam manusia bisa disebut chi/aura. Semakin kuat energy seseorang, semakin besar potensinya dalam bidang yang digelutinya. Jika energy kita lemah, kita akan mudah tersalip oleh orang lain yang energinya lebih tinggi. Lalu pada bab VI, buku ini menjelaskan tentang pengalaman mistis yang dialami orang – orang, dimana kita diajarkan untuk mengubah sebuah ide menjadi pengalaman dan sebaliknya dari pengalaman menjadi sebuah ide cemerlang. Pengalaman mistis bisa terjadi saat kita berkunjung ke situs sacral, dimana di sana kita merasakan suatu aura yang berbeda dengan tempat lainnya. Hal lainnya adalah saat kita berdoa dengan sungguh – sungguh, kita dapat merasakan kekuatan yang Allah berikan pada saat kita berdoa, seakan – akan Dia berada tepat disamping kita. Setelah itu pada bab VII, buku ini menjelaskan tentang menemukan siapa diri kita sebenarnya, untuk apa kita diciptakan, dan bagaimana perjalanan hidup kita. Kita diharuskan untuk mengenali diri sendiri, lingkungan, dan perasaan batin dikarenakan hal tersebut akan membawa kita ke dalam dunia baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Pada zaman pra-sejarah, fisik kita menjulang tinggi, namun psikis kita sangat rendah. Semakin modern karena berkembang pesatnya IPTEK, fisik kita menjadi tidak terlalu tinggi, namun psikis kita sangat baik. Hal ini dikarenakan manusia pada zaman dahulu hanya mengandalkan tubuh, tetapi pada zaman ini ebih mengandalkan otak. Pada bab VIII ini dijelaskan tentang evolusi manusia secara sadar. Bab ini sangat erat kaitannya dengan bab I dan bab VII sebelumnya. Namun, pada bab ini lebih dijelaskan tentang bagaimana merubah diri kita secara sadar atau karena keinginan diri sendiri. Langkah awalnya adalah memperluas persepsi diri kita, membuat diri kita lebih terbuka dengan segala pandangan positif yang ada. Cara memperluas persepsi adalah dengan sering membaca buku, mengunjungi tempat – tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya, lebih banyak bertukar pendapat dan lebih dalam mempelajari tentang diri kita sendiri.
            Lalu selanjutnya pada bab IX, buku ini menjelaskan tentang menjalani etika interpersonal baru. Semakin berkembangnya media massa mengakibatkan bumi terasa lebih sempit secara psikologis. Karena televisi, radio dan jaringan internet, sekarang dunia tampak lebih kecil daripada sebelumnya sepanjang sejarah manusia. Hanya dengan sekali menekan tombol, kita dapat mengetahui kejadian – kejadian di belahan bumi yang lain. Interpersonal baru merupakan sebuah perkembangan manusia yang amat baik, namun tergantung dari manusia itu sendiri yang menggunakan pengetahuan barunya untuk berbuat hal yang baik atau tidak. Lalu di bab X ini dijelaskan tentang budaya spiritual. Hal ini hampir sama dengan bab-bab sebelumnya, dengan memahami budaya – budaya spiritual yang berbeba dari tiap individu, kita dapat memperlakukan orang lain dengan semestinya. Lalu pada bab terakhir yaitu bab XI, buku ini menjelaskan tentang pandagan dari kehidupan setelah mati. Banyak pertanyaan tentang “Apakah setelah dunia hancur aka nada kehidupan lagi??”, para pakar dan para tokoh agama ahli pun belum dapat mendefinisikannya dengan pasti, yang tahu hal itu hanyalah tuhan yang menciptakan alam semesta saja. Yang pasti kita harus memiliki visi dan misi yang jelas agar kita mempunyai sebuah tujuan yang harus kita capai. Dari kesimpulan di atas hendaklah kita memiliki buku The Celistine Vision tersebut agar kita dapat mengikuti perubahan yang ada secara baik.

BAGIAN PENUTUP
Pendapat saya sebagai pembaca adalah :
Saya mendapatkan The Celestine Vision dan The Celetine Prophecy pada saat  yang bersamaan. Saya berpikir karena saya belum mendapatkan The Tenth Insight dan The Secret of Shambala, saya membaca The Celestine Vision terlebih dahulu dan buku lainnya dengan urutan terbalik sehingga akan menjadikan bacaan flash back.
           Namun kenyataannya The Celestine Vision mengejutkan saya dengan menghadirkan format tulisan nonfiksi dan bukan fiksi seperti ketiga buku lainnya. Melihat dari ukuran bukunya yang sama dengan ukuran buku fiksi, saya jadi terkecoh.
            Namun justru kejutan tersebut dan pilihan saya membacanya terlebih dahulu menjadi pilihan yang tepat. Dalam The Celestine VisionJames Redfield menuturkan pemikiran-pemikirannya dan tokoh-tokoh lain mengenai kehidupan dan kaitannya dengan perkembangan spiritual.
            Di bab awal, kita akan menemukan latar belakang dan proses di balik penulisan The Celestine ProphecyJames Redfield mengatakan “Kita tahu bahwa kehidupan-seperti-biasa tampaknya kehilangan sesuatu yang bisa dicapai melalui pengalaman batin yang transformatif, perubahan nyata dalam cara kita memandang diri sendiri dan memandang hidup yang menghasilkan identitas pribadi yang lebih tinggi dan lebih spiritual. Usaha untuk menggambarkan proses psikologis ini menjadi dasar Manuskrip Celestine”.
            Dalam rutinitas hidup kita sehari-hari seringkali kita menemukan berbagai kebetulan bermakna. Kita mungkin sedang memikirkan seorang teman lama dan keesokan harinya kita bertemu dengannya. Abraham Lincoln mengalami kebetulan bermakna yang membawanya memenuhi tujuan hidupnya yang luar biasa dengan memberi uang seorang pedagang keliling yang sedang dalam kesulitan besar.
            Dari pedagang tersebut, Lincoln mendapatkan segentong tua penuh barang yang sebagian besar rongsokan. Beberapa saat setelahnya, ketika membersihkan gentong tersebut Lincoln menemukan satu set lengkap buku-buku hukum yang kemudian ia pelajari untuk menjadi pengacara.
            Psikolog Swiss Carl Jung menyebutkan fenomena tersebut sebagai sinkronisitas. Jung berpendapat sinkronisitas adalah prinsip sebab-akibat dalam alam semesta, hukum yang menggerakkan umat manusia menuju pertumbuhan kesadaran yang lebih besar.
Pengalaman sinkronistik penting lain adalah ketika kita mendapatkan informasi yang kita butuhkan pada saat yang tepat. Informasi ini bisa mencapai kita melalui orang lain lewat kata-kata atau tindakannya, bisa juga datang dalam bentuk buku, majalah atau artikel berita.
            James Redfield juga mengajak kita membahas referensi praktis mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dari sejak Newton sampai Einstein. Temuan Einstein menunjukkan bahwa substansi material tidak lain adalah bentuk cahaya.
            Temuan yang akhirnya mengantarkan data baru dalam fisika kuantum oleh beberapa pelopor seperti Niels Bohr, Wolfgang Pauli dan Werner Heisenberg. Lebih lanjut temuan-temuan dalam fisika kuantum yang menggerakkan perkembangan spiritual New Age.
            Pemikiran James Redfield yang menarik untuk disimak adalahluminositas. Luminositas mengacu pada fenomena menyaksikan suatu tempat atau objek yang sepertinya menonjol, menarik perhatian kita. Tempat atau objek tersebut tampak lebih bercahaya daripada segala sesuatu di sekitarnya. Anda mulai memikirkannya bukan ?
            Saya menuliskan satu lagi pemikiran dalam The Celestine Vision ini dan setelah ini akan menjadi pengalaman Anda yang sangat berharga dengan membaca dan menghayati eksplorasi karya James Redfield ini. Saya sendiri mendapatkan banyak kesadaran dan pencerahan atas kehidupan saya melalui buku ini.
            Semesta merespon setiap kehendak kita. Apa yang kita pikirkan dan percayai menjadi semacam doa yang terkirim pada dunia dan segala sesuatu di sekeliling kita berusaha memberikan apa yang sepertinya kita inginkan.
            Kuncinya adalah berusaha tetap berenergi tinggi dan menggunakan kekuatan kehendak dengan cara positif.
Di samping kelengkapan yang dikemukakan pada BAGIAN ISI di atas, buku ini juga mengundang beberapa catatan dari segi isi dan penyajian, berikut sisi bahasanya.

Dari Segi Isi
            Semua isi dalam buku ini sudah sangat baik, namun kurang efektif jika terjadi pengulangan permasalahan yang sama pada tiap babnya. Hal tersebut dapat membuat pembaca merasa bosan karena apa yang ia baca ternyata hanya diulang – ulang saja. Lalu, dalam buku ini kurang menjelaskan terhadap suatu permasalahan pokok pada tiap babnya. Hal ini membuat pembaca merasa pusing dikarenakan tema pada tiap bab tersebut kurang padu dengan isinya.
            Solusinya adalah dengan menyusun kembali kerangka dari cerita tersebut agar cerita tersebut lebih baik lagi.

Dari Segi Penyajian
             Cover dalam buku ini sedikit menarik, desainer sengaja membuat covernya agak misterius agar menarik para pembeli. Namun, dalam buku The Celistine Vision ini, penyajiannya sangat kurang baik. Di dalam buku ini tidak terdapat daftar isi. Hal tersebut mengakibatkan si pembaca sulit membuka bab mana yang sebelumnya i abaca. Lalu penomoran halaman pun salah, seharusnya pada halaman cover sampai dengan akhir pendahuluan itu diberi angka romawi. Lalu pada halaman terakhir tidak ada daftar pustakanya. Setelah judul tidak ada bagian yang menjorok ke dalamnya. Hal – hal tersebut harus diperhatikan kembali agar memenuhi tata cara penyajian buku yang baik.

Dari Segi Bahasa & Segi Pengalimatan
            Tidak banyak yang perlu dikomtari dalam segi bahasa pada buku ini, semuanya tersusun dengan baik sesuai dengan EYD walaupun buku ini merupakan buku terjemahan dari bahasa asing. 

1 komentar:

  1. ada format digitalnya nggak min?? aku cari cetakannya susah banget..

    BalasHapus